Saturday, September 15, 2012

AGRIBISNIS SEBAGAI SEBUAH SISTEM

Definisi Sistem*)
Sistem didefinisikan sebagai “any biological, mechanical, or organizational entity which carries out a specific function, receiving inputs from its surroundings and sending outputs to its surroundings. It follows that any system is a part of a wider system, which in turn is part of a wider system …” (Webstwer’s Encyclopedia 2000)[1]. Tiga butir penting yang terkandung di dalam definisi ini ialah:
1)    sistem merupakan satu kesatuan biologikal, atau mekanikal, atau organisasional;
2)    sistem menjalankan fungsi spesifik; dan
3)    sistem menyerap input dari dan menghasilkan output ke lingkungannya.
Sebuah sistem memiliki empat sifat (properties), yakni sistem (a0 memiliki struktur, yang didefinisikan oleh komponen-komponennya (input-proses-output); memiliki dinamika;  (c) menjalankan suatu fungsi tertentu; dan (d) memiliki hubungan interdependensi fungsional antarkomponennya.

Input suatu sistem bermacam-macam bentuknya, fisik (benih, bahan bakar, mesin, orang, dan lain-lain) dan non-fisik (metode, teknik, dan prosedur). Proses-proses dari sistem ada yang tergolong fisikal, kemikal, biologikal, atau kombinasi antara ketiganya. Contohnya: pengolahan biji gandum menjadi terigu (proses fisikal), pengolahan bahan-bahan kimia menjadi pestisida (proses kemikal), pengolahan biji kedelai menjadi tempe dan susu menjadi yoghurt (proses-proses biologikal). Demikian pula halnya dengan output, bermacam-macam bentuknya, fisik (ikan, jamur, pala, dll.) dan non-fisik (pemandangan taman, aroma bumbu-bumbuan, dll.).
Sistem Agribisnis
Sebagaimana sistem pada umumnya, demikian pun agribisnis sebagai sistem terdiri atas komponen input, proses, dan output. Komponen sistem agribisnis yang tergolong input ialah unit-unit bisnis yang menghasilkan dan memasok barang dan jasa untuk digunakan oleh komponen sistem agribisnis atau unit usaha lain. Komponen proses dari sistem agribisnis ialah unit-unit bisnis yang berfungsi memproduksi dan mengolah hasil produksi produk primer. Output ialah produk-produk agribisnis yang tiba di tangan konsumen akhir.
Unit-unit atau kegiatan bisnis (business entity) di dalam sistem agribisnis dapat digolongkan ke dalam lima kelompok (identik dengan komponen sistem). Berikut nama dan fungsi masing-masing unit bisnis tersebut.
Komponen input
1)    Agriindustri hulu: unit bisnis yang memproduksi input untuk komponen-komponen lainnya dalam sistem agribisnis, termasuk untuk usahatani, usaha perikanan, dan kehutanan.
2)    Agriservis:  unit bisnis penyedia jasa (selain jasa niaga). Termasuk di dalam komponen ini antara lain kegiatan Riset dan Pengembangan, penyuluhan, informasi, perkreditan, asuransi, pendidikan dan pelatihan, dan lain-lain.
Komponen Proses
3)    Agriproduksi:  unit bisnis yang menghasilkan produk-produk primer, identik dengan usahatani, usaha perikanan dan kehutanan.
4)    Agriindustri hilir:  unit bisnis yang menjalankan fungsi pengolahan produk primer menjadi barang siap konsumsi (final product) ataupun produk antara (intermediate product) untuk unit bisnis lainnya. Contoh produk-produk yang tergolong produk antara ialah minyak sawit sebagai bahan baku agriindustri kimia, tepung terigu sebagai bahan baku agriindustri makanan, dan lain-lain.
5)    Agriniaga (agrimarketing): unit bisnis yang berfungsi menyelenggarakan proses distribusi barang dan jasa antarunit usaha (atau komponen) dan antara sistem agribisnis dengan konsumen akhir.  Komponen agriniaga tergolong bisnis jasa, akan tetapi dipisahkan dari komponen agriservis, karena komponen agriniaga dipandang memiliki peran penting dalam hubungannya dengan kebijakan publik di bidang stabilitas pasar dan distribusi pendapatan antarpelaku usaha. Pemisahan ini juga bermanfaat bagi keperluan analisis dan perumusan kebijakan pengembangan agribisnis.
Diagram Sistem Agribisnis


Dua komponen sistem agribisnis yang menghasilkan nilai tambah (added value) ialah agriindustri hulu dan agriindustri hilir. Akan tetapi keduanya berbeda, yaitu bahwa agriindustri hilir menghasilkan nilai tambah pada produk (output) agribisnis, sedangkan agriindustri hulu pada input. Atas dasar ini maka agriindustri hilir disebut sebagai added value generator (pembangkit nilai tambah) dalam sistem agribisnis.
Contoh jenis-jenis input yang dihasilkan dalam komponen agriindustri hulu ialah benih, alat-alat dan mesin, pupuk, kapal penangkap ikan, kaleng kemasan daging, dan lain-lain. Barang dan jasa yang tergolong produk agribisnis (output) ialah segala jenis makanan-minuman, pakaian, perabot berbahan baku tumbuhan, kosmetika, suplemen dan obat-obatan berbahan baku produk atau turunan produk tumbuhan -ternak-ikan, hiasan-hiasan, ban mobil, dan lain-lain. Contoh jenis usaha yang termasuk dalam kelompok agriindustri hilir ialah industri kuliner, pabrik coklat, pabrik sabun, pabrik ikan atau daging kaleng, pabrik tempe, pabrik ban, industri garmen, dan lain; yaitu semua produk primer (hasil dari komponen agriproduksi) yang telah melewati proses transformasi fungsional[2].
Transformasi fungsional berlangsung dalam komponen agriindustri hilir (dan hulu), yakni proses mengubah kegunaan potensial dari suatu produk menjadi kegunaan aktual. Sebagai contoh, biji sawit bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia tetapi dalam bentuk biji tidak dapat dikonsumsi. Dalam hal ini, biji sawit dikatakan memiliki kegunaan potensial. Selanjutnya, nanti setelah diproses menjadi minyak goreng atau barang kosmetik barulah dihasilkan produk dengan kegunaan aktual; ikan yang baru ditangkap memiliki kegunaan potensial dan berubah menjadi ikan dengan kegunaan aktual setelah diproses menjadi sashimi.
Cara Lain Penggolongan Komponen Sistem Agribisnis
Cara penggolongan komponen sistem agribisnis yang paling sederhana ialah menggeneralisasikannya menjadi dua komponen saja, yaitu on-farm dan off-farm. Istilah on-farm identik dengan agriproduksi, dan off-farm mencakup empat komponen lain yang disebutkan di atas.
Cara penggolongan yang lain, ialah penggolongan ke dalam empat komponen, yakni (a) sub-sistem agribisnis hulu (upstream agribusiness; identik dengan agriindustri hulu); (b) sub-sistem agribisnis budidaya (on-farm agribusiness, identik dengan agriproduksi); (c) sub-sistem agribisnis hilir (downstream agribusiness; identik dengan agriindustri hilir); dan sub-sistem jasa penunjang (supporting institution; identik dengan agriniaga dan agriservis). Penggolongan ini lebih spesifik daripada yang disebut pertama, tetapi masih menyatukan agriservis dan agriniaga, dan tidak menunjukkan secara eksplisit komponen-komponen yang termasuk input, proses, dan output dari sistem agribisnis.
Generalisasi atau penyederhanaan model biasanya menimbulkan keterbatasan-keterbatasan. Dalam contoh di atas ini, kedua cara penggolongan di atas ini mengakibatkan hilangnya pengungkapan peran atau fungsi yang unik dari setiap komponen.

*)Diangkat dari buku ajar:  Agribisnis:  Konsep Dasar dan Perspektif Pengembangan”. Prodi Agribisnis, Fak. Pertanian Unsrat 2004, disusun oleh Jen Tatuh.
Riferensi
Robert P. King, Michael Boehlje, Michael L. Cook, and Steven T. Sonka. 2010. “Agribusiness Economics and Management”, Amer. J. Agr. Econ. 92(2): 554–570.
Davis, John H., Ray A. Goldberg. 1957. A Concept of Agribusiness. Harvard Business School, Boston.
Ricketts, Cliff., Omri Rawlins. 2001. Introduction to Agribusiness. Delmar, Thomson Learning. US.
Roy, Ewell P. 1980. Exploring Agribusiness. Danville.
Saragih, Bungaran. 2001. Kumpulan Pemikiran Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi berbasis Pertanian. Pustaka Wisuda Muda.
_________________. 2000. Kumpulan Pemikiran: Agribisnis berbasis Peternakan. USESE Foundation dan Pusat Studi Pemba¬ngunan IPB. Bogo.
Tatuh, Jen., Hanny Anapu. 2000. Tentang Sistem Agribisnis. Dalam Djohan D., dan Bayu Krisnamurthi (Ed). Membangun Koperasi Pertaninian Berbasis Anggota. LSP2I, Jakarta.
_________. 1997. Menggalang Sinergi Sistem Agribisnis: suatu Tinjauan Institusional. Makalah disajikan dalam Semiloka ‘Pengembangan Agroindustri’ Februari 1997, PERHEPI Sulawesi Utara.
Timka, Joseph J., Robert J. Birkenholz. 1984. Introduction to Agribusiness Unit. Columbia.


[1]Agribisnis sebagai sistem termasuk sistem organisasional.
[2]Ada dua tipe transformasi produk, yaitu transformasi fungsional dan transformasi material. Transformasi material mengacu pada peroses perubahan input-input fisik menjadi output. Tipe transformasi ini berlangsung dalam komponen agriproduksi, yakni dalam proses menghasilkan produksi tanaman, ternak, ikan, dan tanaman hutan.

2 comments:

  1. Thanks Pak, tulisan-tulisannya menambah riferensi bagi saya sebagai dosen. Kalau boleh ada penjelasan mengenai "produk agribisnis" apa bedanya dengan produk-produk lain

    ReplyDelete
  2. saya kurang mengerti tentang prinsip ekonomi yang menggambarkan hubungan input dan output pada suatu kegiatan agribisnis untuk menghasilkan keutungan optimal,dijelaskan dengan batuan gambar

    ReplyDelete

Tulislah diskusi, pendapat, komentar, atau pertanyaan Anda di dalam kotak di bawah ini. Please do it wisely! Thanks