oleh Jen
Tatuh
Apa beda agribisnis dan binis
lain?
Ciri pokok
yang menjadi pembeda antara agribisnis dan bisnis lainnya ialah bahwa proses produksi
(produk primer) agribisnis bersifat biologikal dan sangat bergantung pada alam. Pada
bisnis lain, proses produksinya bukan biologikal melainkan fisikal atau kemikal[1]. Konsekuensinya,
corak manajemen agribisnis menjadi berbeda dengan manajemen bisnis lain. Oleh
karena itu, jenis-jenis bisnis yang bertalian dengan produk pertanian perlu diperlakukan
sebagai obyek studi bisnis yang berbeda. Berikut beberapa ciri turunan yang
membedakan corak manajemen agribisnis dengan bisnis yang lain.
(1)
Resiko
bisnis yang bersumber dari alam relatif tinggi, dibandingkan dengan pada bisnis
lain, karena tingginya kesulitan dalam meramalkan kejadian-kejadian alam (serangan
hama-penyakit, dinamika iklim, dan lain-lain). Ciri ini berimplikasi pada cara
memasukkan unsur resiko dalam proses analisis keputusan manajemen. Analisis investasi,
perencanaan bisnis, pemasaran pada agribisnis, sebagai contoh, berbeda coraknya
dengan pada bisnis lain.
(2)
Jangka
waktu dari satu siklus produksi relatif panjang, namun fleksibilitas manajemen dalam
pengendalian input atau output selama satu siklus sangat rendah. Proses
penyesuaian terhadap perubahan preferensi konsumen, sebagai contoh, memerlukan
waktu yang panjang, dan hal ini antara lain berimplikasi pada analisis
investasi. Contoh lain, jika harga produk berubah dalam satu siklus produksi, manajer
tidak dapat menaikkan atau menurunkan taraf produksi untuk mencapai kondisi
optimal, menurut definisi standar dalam buku teks.
Dalam kasus tertentu, pemusnahan
sejumlah produk dilakukan sebagai upaya mempengaruhi harga, tentu saja
berdasarkan hasil perhitungan ekonomi yang mendukung. Masalahnya, strategi
stabilisasi harga dengan cara ini juga mengandung isu sosial, politik, dan
kemanusiaan; lebih-lebih jika menyangkut produk pangan dan dunia dalam situasi
krisis pangan.
(3)
Standardisasi
proses dan produk sulit dicapai. Satu jenis komoditas dengan teknologi yang sama dan dengan atribut input yang sama
sekalipun, jika dikembangkan di tempat yang berbeda atau pada kondisi iklim
yang berbeda akan menghasilkan output dengan variasi yang signifikan. Teknologi
dapat menekan variasi dalam atribut produk yang dihasilkan, namun tidak pernah
akan mencapai kondisi homogen yang sama dengan produk-produk non-agribisnis.
(4)
Kontinuitas
pasokan produk bersifat musiman. Dalam agribisnis, ada produk-produk yang tidak
mungkin dipasok secara kontinu dalam satuan waktu yang pendek (per hari atau
per minggu). Pemasokan bersifat musiman. Sebagian besar produk buah-buahan
termasuk di dalam kategori ini. Ciri ini, bersama-sama dengan ciri yang disebut
pada butir 2, mengandung implikasi bahwa kurva supply jangka pendek dari
kebanyakan produk-produk musiman sangat inelastik atau bahkan tegak lurus.
(5)
Daya
tahan produk agribisnis, terutama produk primer, relatif singkat. Implikasinya,
manajemen logistik produk-produk agribisnis berbeda coraknya dengan produk-produk
non-agribisnis.
Riferensi
Robert P. King, Michael Boehlje, Michael L. Cook, and
Steven T. Sonka. 2010. “Agribusiness
Economics and Management”, Amer. J. Agr. Econ. 92(2): 554–570.
Tatuh, Jen.
2004. Agribisnis: Konsep Dasar dan
Perspektif Pengembangan. SOSEK-Agribisnis, Fak. Pertanian Unsrat.
[1]Ada pengecualian, yakni pada
produksi senjata biologi, tipe proses produksinya biologikal. Akan tetapi tidak
dikategorikan produk agribisnis, karena tidak tergolong dalam kelompok pangan,
sandang, atau papan.
Bertambah pengetahuan. T.kasih
ReplyDeleteAgus