Monday, July 1, 2013

Perbedaan Agribisnis dan Bisnis lain



oleh Jen Tatuh

Apa beda agribisnis dan binis lain?

Ciri pokok yang menjadi pembeda antara agribisnis dan bisnis lainnya ialah bahwa proses produksi (produk primer) agribisnis bersifat biologikal dan sangat bergantung pada alam. Pada bisnis lain, proses produksinya bukan biologikal melainkan fisikal atau kemikal[1]. Konsekuensinya, corak manajemen agribisnis menjadi berbeda dengan manajemen bisnis lain. Oleh karena itu, jenis-jenis bisnis yang bertalian dengan produk pertanian perlu diperlakukan sebagai obyek studi bisnis yang berbeda. Berikut beberapa ciri turunan yang membedakan corak manajemen agribisnis dengan bisnis yang lain.


(1)         Resiko bisnis yang bersumber dari alam relatif tinggi, dibandingkan dengan pada bisnis lain, karena tingginya kesulitan dalam meramalkan kejadian-kejadian alam (serangan hama-penyakit, dinamika iklim, dan lain-lain). Ciri ini berimplikasi pada cara memasukkan unsur resiko dalam proses analisis keputusan manajemen. Analisis investasi, perencanaan bisnis, pemasaran pada agribisnis, sebagai contoh, berbeda coraknya dengan pada bisnis lain.

(2)         Jangka waktu dari satu siklus produksi relatif panjang, namun fleksibilitas manajemen dalam pengendalian input atau output selama satu siklus sangat rendah. Proses penyesuaian terhadap perubahan preferensi konsumen, sebagai contoh, memerlukan waktu yang panjang, dan hal ini antara lain berimplikasi pada analisis investasi. Contoh lain, jika harga produk berubah dalam satu siklus produksi, manajer tidak dapat menaikkan atau menurunkan taraf produksi untuk mencapai kondisi optimal, menurut definisi standar dalam buku teks.
Dalam kasus tertentu, pemusnahan sejumlah produk dilakukan sebagai upaya mempengaruhi harga, tentu saja berdasarkan hasil perhitungan ekonomi yang mendukung. Masalahnya, strategi stabilisasi harga dengan cara ini juga mengandung isu sosial, politik, dan kemanusiaan; lebih-lebih jika menyangkut produk pangan dan dunia dalam situasi krisis pangan. 

(3)         Standardisasi proses dan produk sulit dicapai. Satu jenis komoditas dengan teknologi  yang sama dan dengan atribut input yang sama sekalipun, jika dikembangkan di tempat yang berbeda atau pada kondisi iklim yang berbeda akan menghasilkan output dengan variasi yang signifikan. Teknologi dapat menekan variasi dalam atribut produk yang dihasilkan, namun tidak pernah akan mencapai kondisi homogen yang sama dengan produk-produk non-agribisnis.

(4)         Kontinuitas pasokan produk bersifat musiman. Dalam agribisnis, ada produk-produk yang tidak mungkin dipasok secara kontinu dalam satuan waktu yang pendek (per hari atau per minggu). Pemasokan bersifat musiman. Sebagian besar produk buah-buahan termasuk di dalam kategori ini. Ciri ini, bersama-sama dengan ciri yang disebut pada butir 2, mengandung implikasi bahwa kurva supply jangka pendek dari kebanyakan produk-produk musiman sangat inelastik atau bahkan tegak lurus.

(5)         Daya tahan produk agribisnis, terutama produk primer, relatif singkat. Implikasinya, manajemen logistik produk-produk agribisnis berbeda coraknya dengan produk-produk non-agribisnis.

Riferensi
Robert P. King, Michael Boehlje, Michael L. Cook, and Steven T. Sonka. 2010. “Agribusiness Economics and Management”, Amer. J. Agr. Econ. 92(2): 554–570.
Tatuh, Jen. 2004.  Agribisnis: Konsep Dasar dan Perspektif Pengembangan. SOSEK-Agribisnis, Fak. Pertanian Unsrat.


[1]Ada pengecualian, yakni pada produksi senjata biologi, tipe proses produksinya biologikal. Akan tetapi tidak dikategorikan produk agribisnis, karena tidak tergolong dalam kelompok pangan, sandang, atau papan.

1 comment:

Tulislah diskusi, pendapat, komentar, atau pertanyaan Anda di dalam kotak di bawah ini. Please do it wisely! Thanks