(Diangkat dari buku ajar: “Agribisnis: Konsep
Dasar dan Perspektif Pengembangan”. Prodi Agribisnis, Fak. Pertanian Unsrat
2004, disusun oleh Jen Tatuh).
Kapankah pertanian dan agribisnis pada
mulanya eksis?
Agribisnis berkembang dari pertanian; artinya, eksistensi pertanian adalah
kondisi (syarat) keharusan (necessary
condition) bagi eksistensi agribisnis. Syarat kecukupan, sufficient condition bagi kemunculan
agribisnis diuraikan di bawah ini.
Berikut uraian
ringkas tentang kemunculan pertanian dalam perspektif perkembangan
perdaban manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya pokoknya (pangan, sandang, dan papan), yang dibagi ke dalam tiga era.
Ketiga era itu ialah era sebelum
pertanian,
pertanian tradisional, dan
pertanian modern[1].
Dalam era ini,
manusia memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan untuk mempertahankan
hidup dan keturunannya,
dengan memungut hasil bumi.
Alam menyediakan sumberdaya untuk
kebutuhan manusia, dan manusia
hanya memungutnya saja. Tidak ada campur tangan manusia dalam proses produksi sumberdaya alam. Tenaga manusia digunakan hanya untuk
mencari dan memungut hasil-hasil alam
untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk kegiatan perburuan hewan.
Era Pertanian Tradisional
Keandalan sistem pemenuhan kebutuhan di
era sebelumnya semakin menurun manakala populasi manusia bertambah dan daya
dukung alam menurun relatif terhadap tingkat konsumsi. Waktu dan tenaga yang diperlukan untuk
memungut dan memburu hasil bumi kian bertambah. Manusia kemudian beralih kepada cara lain yang lebih
efektif, yakni bercocok
tanam dan penggembalaan hewan. Masuknya budaya bercocok tanam mengantar manusia
memasuki era baru, yitu era pertanian[2].
Pada masa awal perkembangannya, proses produksi bercocok tanam masih didominasi
oleh faktor alam. Sains di bidang ini belum berkembang, dan praktik bercocok
tanam masih digolongkan tradisional.
Pertanian
tradisional dapat dibedakan menurut empat tipe (Deshmukh 1968),
yaitu: (a) perladangan berpindah (shifting
cultivation); (b) penggembalaan ternak (nomadic
pastoralism); (c) pertanian menetap (continuous
cultivation); dan (d) usahatani campuran yang subsisten (mixed subsistence farming).
Era
Pertanian Modern
Era pertanian
modern ditandai oleh penggunaan input-input modern (buatan manusia) secara
intensif di dalam proses produksi tanaman, ternak, dan ikan. Jenis-jenis
input modern contohnya benih, pupuk,
pestisida, dan alat-alat pertanian. Ciri lain pertanian modern ialah tingginya
produktivitas per satuan waktu dan per satuan input faktor,
dalam mana faktor penyumbang
utama tingginya produktivitas
pertanian ialah teknologi.
Perkembangan teknologi tergantung pada
perkembangan sains yang berlangsung ketika sebagian orang tidak lagi menggeluti
usaha pertanian sehingga tersedia waktu untuk mengembangkan sains. Kondisi yang
memungkinkan terjadinya pembagian peran dalam masyarakat ini tecipta karena
peningkatan dalam produktivitas pertanian, sehingga rasio jumlah orang yang mampu
diberi makan per
jumlah orang yang bekerja menjadi tinggi (>1).
Spesialisasi dan Kemunculan Agribisnis
Pada hakikatnya, pembagian peran (atau
kerja) di dalam masyarakat ialah spesialisasi. Agribisnis muncul ketika spesialisasi mulai
berkembang, yakni dalam dua kegiatan pokok,
yakni produksi (termasuk pengolahan) dan distribusi.
Spesialisasi
berkembang oleh dua kondisi: Pertama, kebutuhan manusia akan pangan, sandang,
dan papan meningkat, baik dalam kuantitas maupun jenisnya; kedua, tidak semua jumlah dan jenis barang yang dibutuhkan
dapat dipenuhi secara subsisten, baik dalam konteks rumah tangga, komunitas, maupun wilayah. Hal ini kemudian mendorong berkembangnya praktik
“pertukaran” produk-produk antarsatuan komunitas, wilayah, pulau, hingga negara.
Sebagian orang menghasilkan produk, sebagian lagi melakukan pengolahan, dan
yang lainnya mendistribusikan dari satu titik ke titik yang
lain.
Pada hakikatnya,
fungsi produksi, pengolahan, dan distribusi sudah ada di era sebelum
pertanian-pun; hanya, di era ini ketiga fungsi menyatu di dalam satu satuan rumah
tangga atau suku. Hasil bumi yang dipungut di alam (produksi) diangkut
(distribusi) ke rumah, diolah dan dikonsumsi oleh anggota keluarga
bersangkutan. Spesialisasi antaranggota sudah ada tetapi masih
dalam bentuk sangat
sederhana, dan belum merupakan kegiatan
bisnis: kaum lelaki berburu dan mengangkut hasil buruan, kaum perempuan mengolahnya untuk konsumsi keluarga. Kaum lelaki
bertanggung-jawab atas keamanan keluarga dan komunitas, siap-siaga untuk
menghadapi ancaman musuh dan bahaya, sedangkan kaum perempun berperan dalam
urusan-urusan domestik.
Spesialisasi dalam fungsi produksi, distribusi, dan pengolahan adalah
kondisi bagi kemunculan agribisnis. Kegiatan-kegiatan tersebut digolongkan
bisnis karena dijalankan berdasarkan perhitungan untung-rugi secara finansial. Dapat
dikatakan bahwa embrio agribisnis sudah eksis lama sebelumnya, bahkan sebelum era pertanian,
namun wujud formalnya baru eksis pada era spesialisasi komersial.
Riferensi
Deshmukh, I. 1986. Ecology and Tropical Biology. Blackwell Scientific Publications,
Oxford.
Loomis, R. 1984. Traditional agriculture in America. Ann. Rev. Ecology and
Systematics 15: 449-478.
Marten, G. (ed) 1986. Traditional Agriculture in Southeast Asia A
Human Ecology Perspective. Westview Press, Boulder, Colorado.
Ratag. J. G. A. 1978. Pengantar Ilmu Usahatani. Fak. Pertanian
Unsrat.
Wharton, Clifton R. Jr. (Ed.) 1969.
Subsistence Agriculture and Economic Development. Aldine Pub. Co., Chicago
[1]Penulis
lain membagi ke dalam empat
era: pemburu dan pengumpul, pertanian primitif, pertanian tradisional, dan
pertanian modern (lihat http://www.lablink.or.id/Env/Agro/agr-sejarah.htm)
[2]Kata
Inggris agriculture, terdiri atas agri
(field) yang
berasal dari kata acre (lapangan atau lahan); dan
culture (kultifasi). Kata
Latinnya agricultura, terdiri atas agre (field atau lahan) dan cultura
(mengolah).
saya ingin apa perbadaan denga agribisnis dengan agreteknologi yang saya tahu pembelajaran dalam pertaniaan dan dalam katerogi yang bisa teruras berai mencakup banyak hal jadi apa perkuliahan pertanian ada ??
ReplyDeleteBandar Togel indonesia