Definisi Sistem*)
Sistem
didefinisikan sebagai “any biological,
mechanical, or organizational entity which carries out a specific function, receiving inputs from its surroundings and
sending outputs to its surroundings. It
follows that any system is a part of a wider system, which in turn is part of a wider system …” (Webstwer’s Encyclopedia
2000)[1].
Tiga butir penting yang terkandung di dalam definisi ini ialah:
1)
sistem merupakan satu kesatuan
biologikal, atau mekanikal, atau organisasional;
2)
sistem menjalankan fungsi spesifik; dan
3)
sistem menyerap input dari dan menghasilkan
output ke lingkungannya.
Sebuah
sistem memiliki empat sifat (properties),
yakni sistem (a0 memiliki struktur, yang didefinisikan oleh
komponen-komponennya (input-proses-output); memiliki dinamika; (c) menjalankan suatu fungsi tertentu; dan (d)
memiliki hubungan interdependensi fungsional antarkomponennya.
Input suatu sistem bermacam-macam bentuknya, fisik (benih, bahan bakar, mesin, orang, dan lain-lain) dan non-fisik (metode, teknik, dan prosedur). Proses-proses dari sistem ada yang tergolong fisikal, kemikal, biologikal, atau kombinasi antara ketiganya. Contohnya: pengolahan biji gandum menjadi terigu (proses fisikal), pengolahan bahan-bahan kimia menjadi pestisida (proses kemikal), pengolahan biji kedelai menjadi tempe dan susu menjadi yoghurt (proses-proses biologikal). Demikian pula halnya dengan output, bermacam-macam bentuknya, fisik (ikan, jamur, pala, dll.) dan non-fisik (pemandangan taman, aroma bumbu-bumbuan, dll.).
Sistem Agribisnis
Sebagaimana
sistem pada umumnya, demikian pun agribisnis sebagai sistem terdiri atas komponen
input, proses, dan output. Komponen sistem agribisnis yang tergolong input
ialah unit-unit bisnis yang menghasilkan dan memasok barang dan jasa untuk
digunakan oleh komponen sistem agribisnis atau unit usaha lain. Komponen proses
dari sistem agribisnis ialah unit-unit bisnis yang berfungsi memproduksi dan
mengolah hasil produksi produk primer. Output ialah produk-produk agribisnis yang
tiba di tangan konsumen akhir.
Unit-unit
atau kegiatan bisnis (business entity)
di dalam sistem agribisnis dapat digolongkan ke dalam lima kelompok (identik
dengan komponen sistem). Berikut nama dan fungsi masing-masing unit bisnis
tersebut.
Komponen
input
1)
Agriindustri
hulu: unit bisnis yang memproduksi input untuk
komponen-komponen lainnya dalam sistem agribisnis, termasuk untuk usahatani,
usaha perikanan, dan kehutanan.
2)
Agriservis: unit bisnis penyedia
jasa (selain jasa niaga). Termasuk di dalam komponen ini antara lain kegiatan Riset
dan Pengembangan, penyuluhan, informasi, perkreditan, asuransi, pendidikan dan
pelatihan, dan lain-lain.
Komponen Proses
3)
Agriproduksi: unit bisnis yang
menghasilkan produk-produk primer, identik dengan usahatani, usaha perikanan
dan kehutanan.
4)
Agriindustri
hilir: unit bisnis yang menjalankan fungsi pengolahan
produk primer menjadi barang siap konsumsi (final product) ataupun
produk antara (intermediate product) untuk unit bisnis lainnya. Contoh
produk-produk yang tergolong produk antara ialah minyak sawit sebagai bahan
baku agriindustri kimia, tepung terigu sebagai bahan baku agriindustri makanan,
dan lain-lain.
5)
Agriniaga (agrimarketing): unit
bisnis yang berfungsi menyelenggarakan proses distribusi barang dan jasa
antarunit usaha (atau komponen) dan antara sistem agribisnis dengan konsumen
akhir. Komponen agriniaga tergolong
bisnis jasa, akan tetapi dipisahkan dari komponen agriservis, karena komponen
agriniaga dipandang memiliki peran penting dalam hubungannya dengan kebijakan
publik di bidang stabilitas pasar dan distribusi pendapatan antarpelaku usaha. Pemisahan
ini juga bermanfaat bagi keperluan analisis dan perumusan kebijakan
pengembangan agribisnis.
Diagram Sistem Agribisnis
Dua komponen sistem agribisnis yang menghasilkan nilai tambah (added value) ialah agriindustri hulu dan agriindustri hilir. Akan tetapi keduanya berbeda, yaitu bahwa agriindustri hilir menghasilkan nilai tambah pada produk (output) agribisnis, sedangkan agriindustri hulu pada input. Atas dasar ini maka agriindustri hilir disebut sebagai added value generator (pembangkit nilai tambah) dalam sistem agribisnis.
Contoh jenis-jenis input yang dihasilkan dalam komponen
agriindustri hulu ialah benih, alat-alat dan mesin, pupuk, kapal penangkap
ikan, kaleng kemasan daging, dan lain-lain. Barang dan jasa yang tergolong
produk agribisnis (output) ialah segala jenis makanan-minuman, pakaian, perabot
berbahan baku tumbuhan, kosmetika, suplemen dan obat-obatan berbahan baku
produk atau turunan produk tumbuhan -ternak-ikan, hiasan-hiasan, ban mobil, dan
lain-lain. Contoh jenis usaha yang termasuk dalam kelompok agriindustri hilir
ialah industri kuliner, pabrik coklat, pabrik sabun, pabrik ikan atau daging kaleng,
pabrik tempe, pabrik ban, industri garmen, dan lain; yaitu semua produk primer
(hasil dari komponen agriproduksi) yang telah melewati proses transformasi
fungsional[2].
Transformasi fungsional berlangsung dalam komponen
agriindustri hilir (dan hulu), yakni proses mengubah kegunaan potensial dari
suatu produk menjadi kegunaan aktual. Sebagai contoh, biji sawit bermanfaat
untuk memenuhi kebutuhan manusia tetapi dalam bentuk biji tidak dapat
dikonsumsi. Dalam hal ini, biji sawit dikatakan memiliki kegunaan potensial.
Selanjutnya, nanti setelah diproses menjadi minyak goreng atau barang kosmetik
barulah dihasilkan produk dengan kegunaan aktual; ikan yang baru ditangkap
memiliki kegunaan potensial dan berubah menjadi ikan dengan kegunaan aktual
setelah diproses menjadi sashimi.
Cara
Lain Penggolongan Komponen Sistem Agribisnis
Cara penggolongan komponen sistem agribisnis yang paling
sederhana ialah menggeneralisasikannya menjadi dua komponen saja, yaitu on-farm
dan off-farm. Istilah on-farm identik dengan agriproduksi, dan off-farm
mencakup empat komponen lain yang disebutkan di atas.
Cara penggolongan yang lain, ialah penggolongan ke dalam
empat komponen, yakni (a) sub-sistem agribisnis hulu (upstream agribusiness;
identik dengan agriindustri hulu); (b) sub-sistem agribisnis budidaya (on-farm
agribusiness, identik dengan agriproduksi); (c) sub-sistem agribisnis hilir
(downstream agribusiness; identik dengan agriindustri hilir); dan
sub-sistem jasa penunjang (supporting institution; identik dengan
agriniaga dan agriservis). Penggolongan ini lebih spesifik daripada yang
disebut pertama, tetapi masih menyatukan agriservis dan agriniaga, dan tidak
menunjukkan secara eksplisit komponen-komponen yang termasuk input, proses, dan
output dari sistem agribisnis.
Generalisasi atau penyederhanaan model biasanya menimbulkan
keterbatasan-keterbatasan. Dalam contoh di atas ini, kedua cara penggolongan di
atas ini mengakibatkan hilangnya pengungkapan peran atau fungsi yang unik dari
setiap komponen.
*)Diangkat dari buku ajar: “Agribisnis: Konsep Dasar dan Perspektif Pengembangan”. Prodi Agribisnis, Fak. Pertanian Unsrat 2004, disusun oleh Jen Tatuh.
*)Diangkat dari buku ajar: “Agribisnis: Konsep Dasar dan Perspektif Pengembangan”. Prodi Agribisnis, Fak. Pertanian Unsrat 2004, disusun oleh Jen Tatuh.
Riferensi
Robert P. King,
Michael Boehlje, Michael L. Cook, and Steven T. Sonka. 2010. “Agribusiness Economics and Management”,
Amer. J. Agr. Econ. 92(2): 554–570.
Davis, John H., Ray A. Goldberg. 1957. A Concept of Agribusiness. Harvard Business School, Boston.
Ricketts, Cliff., Omri Rawlins. 2001. Introduction to Agribusiness. Delmar, Thomson Learning. US.
Roy, Ewell P. 1980. Exploring
Agribusiness. Danville.
Saragih, Bungaran. 2001. Kumpulan
Pemikiran Agribisnis: Paradigma Baru
Pembangunan Ekonomi berbasis Pertanian. Pustaka Wisuda Muda.
_________________. 2000. Kumpulan
Pemikiran: Agribisnis berbasis
Peternakan. USESE Foundation dan Pusat Studi Pemba¬ngunan IPB. Bogo.
Tatuh, Jen., Hanny Anapu. 2000. Tentang Sistem Agribisnis. Dalam Djohan D., dan Bayu Krisnamurthi
(Ed). Membangun Koperasi Pertaninian Berbasis Anggota. LSP2I, Jakarta.
_________. 1997. Menggalang
Sinergi Sistem Agribisnis: suatu
Tinjauan Institusional. Makalah disajikan dalam Semiloka ‘Pengembangan
Agroindustri’ Februari 1997, PERHEPI Sulawesi Utara.
Timka, Joseph J., Robert J. Birkenholz. 1984. Introduction to Agribusiness Unit.
Columbia.
[1]Agribisnis sebagai sistem termasuk sistem
organisasional.
[2]Ada
dua tipe transformasi produk, yaitu transformasi fungsional dan transformasi
material. Transformasi material mengacu pada peroses perubahan input-input fisik
menjadi output. Tipe transformasi ini berlangsung dalam komponen agriproduksi,
yakni dalam proses menghasilkan produksi tanaman, ternak, ikan, dan tanaman
hutan.
Thanks Pak, tulisan-tulisannya menambah riferensi bagi saya sebagai dosen. Kalau boleh ada penjelasan mengenai "produk agribisnis" apa bedanya dengan produk-produk lain
ReplyDeletesaya kurang mengerti tentang prinsip ekonomi yang menggambarkan hubungan input dan output pada suatu kegiatan agribisnis untuk menghasilkan keutungan optimal,dijelaskan dengan batuan gambar
ReplyDelete